Senin, 17 Juni 2013

UAS hari Pertama Mahasiswa Asekma Don Bosco Disambut Hujan

UAS mahasiswa Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco dimulai hari Senin, 17 Juni 2013. UAS hari pertama ini disambut dengan hujan lebat.

Semua tampak buru-buru pagi itu. Cuaca sangat mendung. Seperti biasa, setiap hari Senin adalah hari yang paling macet. Sebagian besar orang Jakarta telah tau kondisi itu, tidak terkecuali mahasiswa Asekma Don Bosco.

Sekitar pukul 7.50 hujan lebat turun. Kondisi ini menambah beban minimal bagi mahasiswa Asekma Don Bosco bagaimana cara agar cepat sampai di kampus.

Acara UAS di Asekma Don Bosco tetap dilaksanakan pukul 8.00. Hanya beberapa orang saja tampak telambat, Hawa dingin ditambahkan dengan AC di ruang ujian tidak membuat para mahasiswa merasa kedinginan. Suasana UAS tampak tenang.

Selamat Menjalankan UAS, semoga hari ini dan hari berikutnya berhasil.
Salam sukses.
[Photo Suasana UAS hari Pertama]

Senin, 10 Juni 2013

Pimpinan dan dosen Asekma Don Bosco mengikuti workshop PAPKI

Perhimpunan Akademi dan Politeknik Katolik Indonesia (PAPKI) mengadakan workshop di Lippo Cikarang tentang penyusunan Silabus dan SAP berbasis Pedagogi Repleksi. Ibu Mari Irawati, Ibu Cecilia, dan Bapak Muller Sagala mewakili Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco.

Workshop Penyusunan Silabus dan RPP berbasis Pedagogi Reflektif diselenggarkan oleh PAPKI di Lippo Cikarang pada tanggal 7-9 Juni 2013. Peserta workshop adalah para anggota PAPKI termasuk Asekma Don Bosco-Jakarta, Akademi/Politeknik dari Medan, Palembang, Pontianak, Sorong, ATMI-Cikarang, dan beberapa kota lainnya.

Narasumber pada workshop itu adalah Prof. Dr. Paul Suparno, SJ.,M.S.T. Workshop terselenggara dengan baik dan sukses, penuh dengan canda dan tawa. Narasumber sungguh sangat berpengalaman.

Silabus dan SAP telah lama dikenal oleh para dosen dan hal ini merupakan suatu kewajiban untuk melaksanakan kurikulum. Namun berbeda dengan silabus berbasis Pedagogi Repleksi ini.

Perbedaan yang mendasar adalah : (1) Dalam silabus & SAP yang selama ini digunakan, aspek dalam Kompetensi Inti, Kompetensi Dasar, Indikator hanya dikenal aspek Competence. Sedangkan silabus & SAP berbasis Pedagogi Repleksi, disamping aspek Competence (Kompetensi), juga ditambah dengan aspek Conscience (Suara Hati, baik-tidak baik), dan aspek Compassion (Hasrat Bela Rasa). (2) Dalam Kegiatan Pembelajaran Berbasis Pedagogi Refleksi, prosesnya dibagi dalam : Konteks, Pengalaman, Refleksi, dan Aksi.

Workshop diakhiri dengan presentasi dari masing-masing peserta, dan mendapat masukan dari peserta lainnya terutama dari Romo Prof. Dr. Paul Suparno, SJ.,M.S.T.

Buat panitia dan pengurus PAPKI, terima kasih, dan buat teman-teman peserta dari seluruh wilayah Indonesia yang hadir, salam damai, dan sukses.

Salam sukses.*mls





Asekma Don Bosco menerima Asesor dari BAN-PT

Asesor dari BAN-PT melakukan asesmen terhadap Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco pada tanggal 4-5 Juni 2013. Proses asesmen berjalan dengan baik dan lancar hingga sampai pada penandatanganan Berita Acara Hasil Asesmen.

Asesor yang ditugaskan oleh BAN-PT adalah Dra. Kunartiah, MM dan Dra.Maya Setiawardani, M.Pd. Ibu Maya Setiawardani, M.Pd adalah salah satu asesor pada periode sebelumnya. Para asesor secara sangat dalam melakukan telaah terhadap dokumen borang dan secara detail dan rinci menanyakan hal-hal terkait yang perlu diklarifikasi. Dokumen borang yang menjadi dasar klarifikasi adalah dokumen borang Program Studi, Institusi, dan dokumen Evaluasi Diri.

Walaupun tidak ditemukan kekurangan yang sangat prinsip, hasil proses asesmen tersebut sangat berguna bagi Asekma Don Bosco. Banyak masukan dan pengalaman ke dua asesor yang patut dicatat dan diterapkan di Asekma Don Bosco untuk kemajuan dimasa yang akan datang. Terima kasih kepada Ibu Dra. Kunartiah, MM dan Ibu Dra.Maya Setiawardani, M.Pd.

Semoga hasil asesmen tersebut mendapat nilai yang baik.

Salam sukses. [mls]






Membukukan Etika Profesi Sekretaris di Asekma Don Bosco

Etika Profesi sangat relevan dengan tugas-tugas sekretaris. Asekma Don Bosco menyediakan satu mata kuliah khusus untuk hal ini. Dalam pelaksanaan perkuliahan, para mahasiswa dilibatkan penuh dalam penyusunan Etika Profesi Sekretaris.

Dalam tahun ajaran 2012-2013, para mahasiswa ditugaskan untuk menyusun Buku Etika Profesi Sekretaris Asekma Don Bosco. Para mahasiswa sangat antusias dalam diskusi untuk memastikan bahwa setiap point etika profesi terkait dengan tugas-tugas Sekretaris, misalnya menerima telepon, bertelepon, perjalanan dinas, dll. (lihat gambar). Diskusi berlangsung atas koordinasi Sdr. Angelina Carolin (II.1) dan Sdr. Agnesia (II.2) dengan bimbingan dosen Muller Sagala.

Hasil dari diskusi tersebut akan dituangkan dalam bentuk buku. Pada waktunya akan disampaikan dalam media ini.

Salam sukses. (mls)


Rumintoyo Pindah Kerja



Rumintoyo telah resmi pindah kerja ke daerah Jawa per tanggal 1 Juni 2013. Sahabatnya, Mujiono, sangat merasa kehilangan beliau.

Siapa yang tidak kenal dengan Sdr. Rumintoyo di kampus Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco. Sangat mudah dikenal karena Rumintoyo mempunyai ciri khas khusus, ramah, sopan dan murah senyum.
Sehabat akrabnya, Mujiono, hanya diam ketika dimintakan kesan dan pesannya kepada sahabatnya. “Saya sulit mengatakannya”, gumannya sembari meneteskan air mata.

Kami semua yang hadir pada saat acara pelepasan Rumintoyo di ruang Bu Sri Sudarwinarti merasa kehilangan dalam suasana haru. Ketika giliran Rumintoyo memaksanakan diri untuk mengucapkan pesan dan kesan, beberapa orang yang hadir, juga meneteskan air mata. Penuh haru tanpa kata-kata. “Terima kasih dan mohon maaf kalau ada kesalahan yang saya perbuat selama ini”, itu inti dari pesan dan kesan Rumintoyo.

Selamat berkarya Mas Rumintoyo, semoga selalu sehat dan tambah sukses ditempat kerja yang baru. Kami semua civitas Asekma Don Bosco merasa kehilangan dan tidak melupakan jasa-jasamu. Sampaikan kabar baik dari Asekma Don Bosco di sekitarmu.

We love you Rumintoyo.
 
Salam penuh damai (mls).

Minggu, 09 Juni 2013

Road Show Wajah Femina 2013


Majalah Femina melakukan road show pada hari Senin, 10 Juni 2013 (hari ini) di Akademi Sekretari dan Manajemen Don Bosco Jakarta dengan tema 'the star is you'. Acara cukup seru karena membicarakan masalah Personal Branding. 

Nara sumber pada acara road show ini adalah Mba Lala Tangkudung dari Talk Inc, Mba Mira Monika - Fashion Editor majalah Femina, dan Anesia Tania - pemenang Best Dress 2012.  Para peserta, yang adalah mahasiswi Asekma Don Bosco, sangat senang, dapat tertawa lepas ketika nara sumber memberikan sharing, khususnya ketika beberapa orang dipanggil ke depan. Ditambahkan bahwa, cara berdiri seseorang dapat menunjukan siapa orang itu. Acara sesi foto dan snack dari Starbuck melengkapi acara tersebut.

Semoga banyak mahasiswi Asekma Don Bosco terpilih sebagai Wajah Femina 2013.
Semoga.
Salam sukses.


Selasa, 04 Juni 2013

UPAH

UPAH
Apakah upah identik dengan kesejahteraan? Perdebatan tentang hal itu bisa meluas ke segala penjuru. Yang pasti, tuntuntan kaum buruh, dari tahun ke tahun, memang belum pernah beranjak jauh dari kata ‘kenaikan’.
Tahun ini, mungkin memang tahun yang spektakular berkaitan dengan kenaikan upah. Tak kurang dari 25 provinsi dan kabupaten/kota sepakat mendongkrak upah minum rata-rata 30%. Bahkan ada yang hingga 50%. Jakarta, misalnya, meningkatnya hingga 44%, sehingga upah minimum di ibukota menjadi R.2,2 juta.
Kenaikan yang lumayan drastis kali ini, tentu saja mulai meresahkan sejumlah penanam modal meski sungguh membuat serikat-serikat pekerja bersemangat, termasuk bersemangat turun ke jalan guna menuntut yang ‘lebih, dan lebih lagi’. Namun, sejatinya, tidak kurang dari 90% tenaga kerja di Indonesia adalah pekerja informal atau pekerja industri ‘kecil sekali’ alias ‘mikro’ dan tak terbagung dalam serikat pekerja manapun.
Ironisnya, justru mereka ini yang sering kali terlupakan oleh data resmi dan, dengan sendirinya oleh berbagai program peningkatan kesejahteraan pemerintah.
Seiring berjalannya waktu, kebijakan sektor perburuhan yang ada mungkin saja tidak lagi mampu merekam keresahan sosial mendatang. Kesenjangan pendapatan, misalnya, telah melebar di tingkat yang kabarnya paling cepat sejagad.
Indonesia, Jakarta khususnya, memang tengah menikmati pertumbuhan ekonomi amat mengesankan-bahkan konon termasuk yang paling mengesankan di seluruh Asia -- sehingga beberapa masalah mendarar, setidaknya untuk sementara, agak terlupakan.
Bagaimanapun, kecuali ada upaya yang sungguh-sungguh untuk mengurangi laju pelebaran kesenjangan ini secara seksama, di masa mendatang bisa jadi yagn ramairamai turun ke jalan adalah kelompok yang 90% tadi.
Sejatinya, memang teramat tbertumpuk pekerjaan rumah yang mesti diselesikan di Negara ini. Tetapi ini mungkin memang tahapan y ang harus dilalui banayk ngara – termasuk konon Jepang yang sekarang ada dalam katerogir Negara industry maj – bekaitan dengan relasi buruh-majikan. Dengan dmeikian mungkin kurang adil untuk hanya menyalahkan pemerintah sejamata karena setidaknya Presdian Susili Bambang Yudhoyono juga telah berencana menerbitakan Peraturan Pmeirntah (PP) tentan Sistem Pengusahan Nasional.
Benar bahwa PP itu – setikdanya di tahap awal – hanya akan menyentuh mereka yang bekerja dei sector formal. Namun, setidaknya arah yang dituj sudah benar. Dalam PP itu produktivitas buruh akan dimasukan sebagai salah satu basis penghitungan upah minumn di luar komponen kebutuhan hidup layak (KHL).
Faktor produktivitas dalam sistem penghitungan upah minimum merupakan langkah maju yang bukan hanya akan memberikan rasa adil bagi buruh, tapi juga bagi pengusaha. Komponen produktivitas akan menjadi garis yang jelas untuk memilah mana hak serta kewajiban buruh dan mana hak plus kewajiban pengusaha.
Dari sisi buruh, sistem upah berbasis produktivitas akan membuat mereka lebih nyaman dan lebih pasti dalam bekerja. Mereka  yang produktif akan diganjar imbalan lebih tinggi sementara yang tidak bakal lebih rendah.
Dilain pihak,sebagai negara-bangsa Indonesia juga mesti membuat asumsi bahwa upah buruh rendah adalah ‘keunggulan”. Kini saatnya untuk memulai menata persepsi bahwa kualitas dan produktivitas buruh adalah justru keunggulan itu.
Pemerintah dalam sistem hubungan kerja di Indoensia seharusnya menjadi jembatan antara buruh dan pengusaha. Artinya, di Pemerintahan Pusat maupun kebupaten/kota dan provinsi harus mengawasi secara ketat pelaksanaan undang-undang dan semua regulasi perburuhan yang ada serta memastikan tidak ada buruh yang menjadi korban praktek buruh sejumlah perusahaan alih daya.
Apa pun, buruh dan penusaha saling membuhtukan. Nilai tambah dan nilai lebih selayaknya dinikmati bersama.
Dari sudut pandang itu, pemerintah dituntut membuat kebijakan yang mendorong pengusaha membuat pelatihan dan pendidikan yang meningkatkan keterampilan dan produktivitas buruh. Dengan demikian, Indonesia akan mampu tumbuh berkelanjutan berbasis perusahaan berdaya saing serta buruh yang sejahtera, bukan semata-mata berupah (relative) tinggi.

Sumber: The Daily Jakarta Shimbin – Halo Jepang (Editi Mei 2013/I)